Infofinansial.com, Jakarta – Kabar itu datang dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, pertengahan Juli lalu. Kata dia, program “Bangga Buatan Indonesia” yang diluncurkan pemerintah Mei lalu berhasil mendongkrak penjualan UMKM secara online.
“Sejak saat itu, lebih dari satu juta UMKM masuk ekosistem digital,” katanya saat konferensi pers secara virtual, Jumat (17/07/2020).
Presiden Joko Widodo memang menargetkan tahun ini ada 10 juta UMKM yang bisa masuk ekosistem digital. Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki, sampai saat ini tercatat ada 13 persen atau 8 juta pelaku UMKM yang sudah go digital. “Keyakinan kami bisa lampaui dari itu (10 juta),” kata Teten.
Baca Juga:
Akan Disidang Etik Kasus Dugaaan Penyalahgunaan Wewenang, Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Tak Hadir
Pandemi Covid-19 memang telah memaksa sejumlah layanan, termasuk UMKM untuk mengalihkan model transaksi yang semula dilakukan offline menjadi online. Pengalihan model ini karena pemerintah meminta warga untuk melakukan jaga jarak fisik.
Teten mengakui, pandemi Covid-19 mengakibatkan sebagian (50 persen) UMKM terkena dampaknya, baik dari sisi permintaan (demand) dan penawaran (supply). Karena penjualan menurun, mereka kesulitan membayar kredit modal kepada lembaga keuangan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 menyebut, jumlah UMKM dari 2010 hingga 2018 terus meningkat. Jika pada 2010 ada 52,8 juta unit, pada 2018 jumlahnya mencapai 64,2 juta unit.
Dari jumlah tersebut, dalam data Bank Indonesia menyebut sebanyak 72,6 persen usaha mikro kecil dan menengah terdampak pandemi Covid-19. Para pengusaha tersebut mengalami penurunan penjualan, hingga kesulitan modal dan bahan baku.
Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia Budi Hanoto, menyampaikan bahwa berdasarkan sektornya, untuk UMKM pertanian yang terpukul mencapai 41,5 persen, usaha kecil eksportir terkena dampak sebanyak 95,4 persen, dan UMKM kerajinan serta pendukung pariwisata mencapai 89,9 persen. “Rata-rata penurunan omzet mereka mencapai lebih dari 50 persen,” ujarnya. (inf)
Baca Juga:
Begini Penjelasan ADB Soal Ekonomi Indonesia Diprediksi akan Tumbuh 5 Persen di Tahun 2024 dan 2025