Pesan Mas Gareng alias Sutjipto Suntoro Sebelum menghadapi Tim Maradona

- Pewarta

Selasa, 14 Juli 2020 - 16:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mantan pemain sepak bola legendaris Argentina, Maradona. (Foto : Instagram @laargentinadel10)

Mantan pemain sepak bola legendaris Argentina, Maradona. (Foto : Instagram @laargentinadel10)

Infofinansial.com – “MUN, jaga mati Maradona!”

Begitu pesan Mas Gareng alias Sutjipto Suntoro, pelatih kepala tim nasional Indonesia beberapa saat sebelum menghadapi Argentina di babak penyihan Grup B, Piala Dunia Junior, 1979,Tokyo, Jepang.

Ahad (26/8/1979) malam, Indonesia untuk pertama kali akan berlaga di putaran final Piala Dunia, meski sesungguhnya di babak penyisihan (Kejuaraan Asia 1978 di Bangladesh) kita tidak lolos.

Irak sang juara junior Asia dan Korea Selatan runner up, sama-sama lolos ke Jepang. Tapi, Irak menolak lantaran label Coca Cola. Begitu juga Korut serta Kuwait peringkat 3 dan 4. Maka AFC dan FIFA menunjuk Indonesia yang di perdelapan final dikalahkan Irak 2-0. Dasar penunjukkannya karena di babak grup, Indonesia tampil sempurna. Jadi, posisi kita di Tokyo itu sebagai juara Asia.

Ya, kita tiga kali menang di penyisihan grup, kita menang atas Yordania dan tuan rumah Bangladesh dengan skor yang sama: 2-0. Dan, kita menang 4-0 atas Malaysia.

Jangan Kembali ke Stadion Omiya, Prefektur Saitama. Sekitar 15.500 penonton (data dari FIFA), sudah siap menjadi saksi penampilan perdana grup B.

Saat kedua tim berbaris untuk menuju ke lapangan, wasit Rolando Fusco dari Kanada menghampiri mas Gareng. Keduanya terlihat berbincang akrab. Tak lama, mantan bomber timnas tahun 1960-an satu-satunya pemain kita yang namanya dikenal begitu hebat di Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, India, Jepang, dan Korsel itu, menghampiri Mundari Karya. “Jaga Maradona, tapi jangan cederai dia!” lanjut Mas Gareng.

Jangan cederai? “Tadi wasit nitip ke gua. Maradona adalah aset FIFA,” katanya lagi sambil menepuk bahu Mundari.

Begitu kisah Mundari yang dibenarkan oleh dua mantan pemain junior 1979, Bambang Nurdiansyah dan David Sulaksmono, Senin (13/7) siang di Bakso Lapangan Tembak tak jauh dari Pintu Kuning, di Ring Road Stadion Utama GBK, Senayan Jakarta.

Saya sengaja berbincang dengan ketiga mantan bintang nasional itu untuk mengorek kisah-kisah menarik selama Piala Dunia junior itu.

Mundari berkisah tentang sulitnya menjaga Maradona. “Posisi saya sebenarnya bek tengah, Maradona saat itu bermain sebagai second striker. Jadi agak kurang nyambung,” tutur Mundari yang saat ini menjadi manajer Barito Putra FC.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Tidak sampai di situ, Mundari juga mengaku sangat repot untuk menjalani tugasnya. “Selain memang kelas kami berbeda sangat jauh, saya juga sering kesulitan membedakan mereka. Wajah mereka sangat mirip,” ucapnya sambil tertawa.

Saya yakin, kesulitan Mundari bukan karena posisi Maradona yang bermain di garis kedua, tapi rising star Argentina itu memang kualitasnya sangat luar biasa. Saya beruntung bisa menyaksikan sendiri di Piala Dunia Senior, 1990, Italia. Saat itu, bersama sekitar 25 wartawan Indonesia, meliput langsung.

Meski di partai pembukaan Argentina kalah dari Nigeria dan partai puncak, final juga kalah dari Jerman, dengan skor yang sama: 1-0, tapi para pemain yang ditugaskan untuk mematikan, Maradona, begitu kerepotan.

Jadi, jika Mundari akhirnya kewalahan, sungguh, saya bisa memahaminya. Timnas kita memang kalah 5-0, namun kelima gol dicetak di babak pertama, Maradona (2) dan Ramon Diaz (3). Tapi di babak kedua, Mundari, Nus Lengkoan, Didik Dharmadi, dan para pemain lainnya bisa membendung gempuran duet Maradona-Diaz. “Strategi Tembok Cina, semua pemain saya suruh turun,” ucap Mas Gareng waktu itu.

Selain itu, penjaga gawang Endang Tirtana tampil gemilang di babak kedua. Kiper Warna Agung itu beberapa kali mampu menepis tendangan atau sundulan Maradona dan kawan-kawan.

Kembali kepersoalan pesan wasit, Mas Gareng terpaksa menarik keluar Tommy Latuperisa, pemain belakang asal Niac Mitra. Ya, Tommy memang dikenal sebagai pemain yang sangat keras. Namun uniknya Mas Gareng memasukkan Didik Dharmadi, seorang penyerang. Di kemudian hari, Didik lebih dikenal sebagai pemain belakang yang handal.

Bukan mencari-cari alasan jika tim junior kita itu tidak sebagus saat diterjunkan di Kejuaraan Asia 1978 di Bangladesh yang juga sekaligus babak penyisihan Piala Dunia. Anda ingin tahu mengapa? Tunggu episode berikutnya

Oleh : M. Nigara, Wartawan Sepakbola Senior.

Berita Terkait

Jadi Momentum Kebangkitan Sepak Bola Indonesia, Kiprah yang Dilakukan Timnas di Piala Dunia U-17
Tim PROPAMI Juarai Turnamen Mini Soccer HUT Ke-46 Pasar Modal Indonesia
Pemerintah Salurkan Bonus Atlet dan Pelatih SEA Games 2023 Melalui BRI
Puan Maharani Apresiasi Timnas Asuhan Pelatih Asal Korsel Shin Tae Yong
Menteri Sandiaga Diajak Kembangkan Sport Automotive Tourism Bersama IMI
In Memorium Diego Maradona, Adios Heroe, Adios Diego
Kini, Iwan Bule Jadi Manajer Timnas Indonesia U-19 Piala Dunia
Venue Aquatic PON XX Papua Dapat Pengakuan Federasi Renang Dunia
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Minggu, 12 November 2023 - 11:56 WIB

Jadi Momentum Kebangkitan Sepak Bola Indonesia, Kiprah yang Dilakukan Timnas di Piala Dunia U-17

Sabtu, 28 Oktober 2023 - 22:53 WIB

Tim PROPAMI Juarai Turnamen Mini Soccer HUT Ke-46 Pasar Modal Indonesia

Selasa, 6 Juni 2023 - 14:40 WIB

Pemerintah Salurkan Bonus Atlet dan Pelatih SEA Games 2023 Melalui BRI

Minggu, 2 Januari 2022 - 19:46 WIB

Puan Maharani Apresiasi Timnas Asuhan Pelatih Asal Korsel Shin Tae Yong

Selasa, 12 Januari 2021 - 15:23 WIB

Menteri Sandiaga Diajak Kembangkan Sport Automotive Tourism Bersama IMI

Kamis, 26 November 2020 - 10:03 WIB

In Memorium Diego Maradona, Adios Heroe, Adios Diego

Rabu, 5 Agustus 2020 - 10:30 WIB

Kini, Iwan Bule Jadi Manajer Timnas Indonesia U-19 Piala Dunia

Kamis, 30 Juli 2020 - 14:31 WIB

Venue Aquatic PON XX Papua Dapat Pengakuan Federasi Renang Dunia

Berita Terbaru