Infofinansial.com, Jakarta – Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia masih dalam kondisi terjaga.
Dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Sabtu (30/6/2018), OJK menyebutkan indikator terkini menunjukkan bahwa akselerasi pertumbuhan ekonomi global berlanjut, dengan negara maju menjadi motor penggerak utama terutama perekonomian Amerika Serikat (AS).
Namun, momentum perbaikan perekonomian global dibayangi oleh kenaikan suku bunga kebijakan AS, krisis politik Italia dan kembali menguatnya tensi perang dagang, yang memberi sentimen negatif pada pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Baca Juga:
Gejolak di pasar global mendorong IHSG pada Mei 2018 melemah tipis sebesar 0,18 persen dan ditutup di level 5983.6, dengan investor nonresiden mencatatkan jual bersih (net sell) sebesar Rp6,45 triliun.
Di pasar SBN, yield SBN tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing naik sebesar 46,3 bps, 25,2 bps, dan 27,8 bps (April 2018: rata-rata meningkat 21 bps). Investor nonresiden mencatatkan jual bersih di pasar SBN sebesar Rp11,5 triliun.
Di tengah perkembangan pasar keuangan tersebut, kinerja intermediasi sektor jasa keuangan pada Mei 2018 terus menunjukkan perbaikan. Kredit perbankan tumbuh sebesar 10,26 persen yoy (April 2018: 8,94 persen yoy) dan piutang pembiayaan tumbuh 6,37 persen yoy (April 2018: 6,36 persen yoy).
Perbaikan kinerja intermediasi ini didukung oleh pertumbuhan positif Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang tercatat sebesar 6,47 persen yoy. Sementara, premi asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi masing-masing tumbuh tinggi sebesar 31,49 persen dan 19,28 persen yoy.
BACA SELANJUTNYA : Dana Pasar Modal yang Berhasil Dihimpun Mencapai Rp 89,3 Triliun
Baca Juga:
Halaman : 1 2 Selanjutnya