INFO FINANSIAL – Saya tidak seberuntung beberapa senior yang bisa bertemu dan mewawancarai sang mega bintang, Diego Mando Maradona.
Saya juga tidak sehebat para mantan pemain nasional junior: Bambang Nurdiansyah, David Sulaksmono, Mundari Karya dan kawan-kawan yang bisa berlaga di Piala Dunia junior, 1979 Tokyo, Jepang.
Tapi, saya bersyukur bisa meliputnya secara langsung di Piala Dunia 1990, Italia. Meski dibatasi, sebagai fotographer, saya bisa lebih dekat dibanding para wartawan tulis.
Baca Juga:
Kongsi Media Luncurkan Portal Bisnis Kengpo.com, Dukung Publikasi Sosial dan Promosi Usaha Komunitas
Sebut Kawan Lama Ketemu Lagi, Prabowo Subianto Sambut Kedatangan Majelis Syuro PKS di Kertanegara
Tuding Ada Pemimpin Dunia yang Tak Arif, Prabowo Subianto Ingatkan Keadaan Global Sedang Rawan
Dari Indonesia hanya dua wartawan foto, senior dan guru saya Kartono Riyadi (Kompas) dan saya dari Mingguan BOLA.
Hari itu, Rabu (6/6/1990). FIFA dan panpel Puala dunia membuat acara khusus bagi para wartawan.
Adalah Presiden Argentina, Carlos Menem, bersiap akan memberikan paspor Diplomatik kepada kapten tim nasional Argentina, Maradona.
Dalam rundown yang dibagikan kepada para wartawan dari seluruh dunia, acara akan dimulai pukul 14.oo waktu Milan.