Daerah yang Memiliki SILPA, Peningkatan PAD-nya Lebih dari 50 %
Menurut Kementerian Keuangan (2016), umumnya SILPA yang tinggi terjadi pada provinsi yang memiliki karakteristik khusus yang mencakup tingginya pendapatan asli daerah (PAD) hingga lebih dari 60%, mendapatkan porsi DBH-SDA yang sangat tinggi hingga lebih dari 40%.
Sedangkan untuk tingkat kota maupun kabupaten, karakteristik daerah yang memiliki SILPA yang tinggi adalah daerah kota/kabupaten dengan karakteristik peningkatan PAD lebih dari 50%, dan porsi DBH-SDA mencapai lebih dari 50%.
Berdasarkan data dari DJPK Kementerian Keuangan, terjadi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) terkonsentrasi di Pulau Jawa-Bali. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa lebih dari 60% aktifitas perekonomian memang terpusat di Pulau Jawa- Bali.
PAD yang dihasilkan oleh Pulau Jawa-Bali berkontribusi hingga 24,58% terhadap seluruh PAD yang dihasilkan oleh provinsi di Indonesia pada tahun 2016 (DJPK, 2017).
Kontribusi PAD paling sedikit berada di Pulau Kalimantan dengan rata-rata kontribusi sebesar 11,05% terhadap total PAD yang dihasilkan oleh seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2016 (DJPK, 2017).
Kemudian jika merujuk pada belanja daerah, data menunjukkan bahwa belanja terbesar juga masih terkonsentrasi di Pulau Jawa-Bali dengan rata-rata proporsi sebesar 16% pada tahun 2016 jika dibandingkan rata-rata belanja daerah seluruh Indonesia (DJPK, 2017).
Sedangkan rata-rata proporsi belanja paling sedikit di tahun 2016 berada di Pulau Sumatera dengan rata-rata kontribusi sebesar 11,57% (DJPK, 2017).
Dengan tingginya belanja daerah pada Pulau Jawa-Bali, maka seharusnya data menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi juga akan didonominasi oleh Pulau Jawa-Bali.
Namun demikian, fakta membuktikan bahwa ternyata Pulau Sulawesi yang lebih mampu memanfaatkan wewenang desentralisasi fiskal ini lebih baik jika dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia.
BACA SELANJUTNYA : Sejatinya Kesenjangan Sosial di Indonesia Masih cukup Tinggi